BELUT

Ketika jalan-jalan ke pasar Mingguan Ampah kemarin, saya sangat tertarik dengan ikan yang penuh di dalam sebuah baskom besar. Setelah saya dekati, ternyata terlihat seperti ular dan harganya cukup murah. Ikan ini termasuk komoditas yang bagus di samping memang mengandung banyak zat-zat yang diperlukan tubuh.

Ya…ikan ini adalah Belut. Karena saya termasuk awam mengenai belut ini, maka saya minta bantuan Mbah Gugel untuk memberika pengetahuannya yang akhirnya saya temukan di Wikipedia seperti kutipan di bawah ini.

“Belut adalah sekelompok ikan berbentuk mirip ular yang termasuk dalam suku Synbranchidae. Suku ini terdiri dari empat genera dengan total 20 jenis. Jenis-jenisnya banyak yang belum diperikan dengan lengkap sehingga angka-angka itu dapat berubah. Anggotanya bersifat pantropis (ditemukan di semua daerah tropika).

Belut berbeda dengan sidat, yang sering dipertukarkan. Ikan ini boleh dikatakan tidak memiliki sirip, kecuali sirip ekor yang juga tereduksi, sementara sidat masih memiliki sirip yang jelas. Ciri khas belut yang lain adalah tidak bersisik (atau hanya sedikit), dapat bernafas dari udara, bukaan insang sempit, tidak memiliki kantung renang dan tulang rusuk. Belut praktis merupakan hewan air darat, sementara kebanyakan sidat hidup di laut meski ada pula yang di air tawar. Mata belut kebanyakan tidak berfungsi baik; jenis-jenis yang tinggal di gua malahan buta.

Ukuran tubuh bervariasi. Monopterus indicus hanya berukuran 8,5 cm, sementara belut marmer Synbranchus marmoratus diketahui dapat mencapai 1,5m. Belut sawah sendiri, yang biasa dijumpai di sawah dan dijual untuk dimakan, dapat mencapai panjang sekitar 1m (dalam bahasa Betawi disebut moa). Kebanyakan belut tidak suka berenang dan lebih suka bersembunyi di dalam lumpur. Semua belut adalah pemangsa. Daftar mangsanya biasanya hewan-hewan kecil di rawa atau sungai, seperti ikan, katak, serangga, serta krustasea kecil “.

Setelah belajar tentang belut ini dari wikiperdia , cerita saya sambung lagi. Selanjutnya, saya beli 1 kg belut dan bawa pulang dengan hati gembira. Sayangnya, setiba di rumah istri tercinta kurang berkenan untuk memegang, jangankan memegangnya melihatnya saja sudah geli. Ya, saya maklum mengingat penampilan belut seperti itu.

Akhirnya, dengan hati agak kecewa belutpun saya olah sendiri. Karena saya termasuk orang yang tidak pinter masak, ya di goreng aja. Sayangnya lagi, anak dan istri juga tidak mau menikmati belut goreng yang saya anggap nikmat itu. Kira-kira, bisa dimasak apa lagi ya selain digoreng ?

Banyak, malah bisa menghasilkan uang apabila dikelola dengan serius seperti yang dilakukan oleh pebisnis ini (dapat di baca di slideshare ).

Mungkin cerita belutnya saya cukupkan dulu karena saya belum punya keberanian untuk menulis tentang belut yang lain seperti yang sering tampil di TV di tahun 2009.

7 Tanggapan

  1. Waaaah keren juga tulisannya hee salam kenal 🙂

    @ Salam ngeBlog Dek….trims ya udah mampir. Dukung terus Blogger Ampah.

  2. ya kalau, hen…apa jar ku
    kalau dah mulai nulis, rasanya pingin nulis terus tak peduli harus berbelut dengan comotan sana-comotan sini. karena tulisan yang baik memang harus didukung dengan comotan

    selamat merasakan sensasi ngeblog

    @ Baru mau balas dendam habis sakit kemaren Pak Sastro.

  3. Kalo ingat belut ,ingat ngobor
    Nice Gan

  4. Sayang juga ya, anak istri tak ikut menikmati. Di rumah saya, lumayan sering masak belut. Biasanya memang digoreng. Atau dimasak dengan santan pedas seperti rendang, hanya agak berkuah. Hmm, lezat…
    @ sip…itu masakan pavorit juga, kapan-kapan saya coba. minta resepnya Mbak.

  5. Waah. . . . Belut. . . . Mau mau mau. . . Wah itu mkanan kesukaan saya pak, apalagi klo dibumbu rica2, atau asem manis dg nasi panas mkannya siang2 trus minumnya kopi item dan ditutup dg ngudut. . . . Mmm. . . Nyammy. . . 🙂

  6. wah geli liat belutnya pak..heee

    @ nah lho…harusnya seneng ama belut, bukannya geli. Cepet daftar SEO-nya Mas.

  7. gimana sih caranya memelihara belut,,,,,,,

Tinggalkan komentar