WARISAN UNTUK SANG ISTRI
Menyambut dan memeriahkan 2 Mei 2010, Busu tampilkan sebuah prosa dan kebanggaan berbahasa. Sebuah kritik bagi Bangsa Indonesia dalam berbahasa Indonesia.
Bagi Pak Sawali Tuhusetya, tidaklah sulit berbahasa Indonesia karena beliau adalah seorang Guru Bahasa dan Sastra Indonesia, dan aslinya memang ‘orang Indonesia’. Berbeda dengan “seorang oknum” di daerah saya yang mengaku Bangsa Indonesia, asli orang Indonesia namun belum mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Dengan alasan pengaruh dialek daerah, dalam melafalkan O adalah U demikian sebaliknya, dan melafalkan E adalah sebagai I. Hal ini terbawa dalam Bahasa Tulis,yaitu ketika di lafalkan U maka akan ditulis O, demikian sebaliknya. Terjadilah sebuah tragedi yang disebabkan oleh hal ini.
Seorang Ibu yang baru pindah dari Jawa Tengah mendaftarkan dua anaknya pada sebuah Sekolah Dasar dan diterima dengan ramah oleh seorang “oknum guru” di daerah saya ini.
Oknum Guru : ” Siapa nama anak Ibu ?”
Sang Ibu : ” Dodo dan Tenten, Pak “
Kemudian Oknum Guru mencatat nama kedua anak itu pada selembar kertas seperti ini : Dudu dan Tintin. Melihat hal itu, Sang Ibu protes, ” Bukan Dudu dan Tintin Pak, tetapi Dodo dan Tenten, Tenten Masduki “
“Ini sudah saya tulis seperti apa yang Ibu katakan,” kata Oknum Guru itu.
“Waduh, O malah jadi U dan E jadi I, apa sebaliknya juga begitu ya ?” bathin Sang Ibu.
“Kalau benar demikian, beruntunglah aku tidak memberi nama anakku Mimiek,” bathin Sang Ibu lagi.
Kisah ini hanyalah rekayasa belaka, terinspirasi dari cerita Bejo ,dan cerita ini adalah sebuah cerita yang tidak memenuhi syarat untuk diikutkan pada EVENT-nya Pak De. Setting kejadian di BARTIM, betul kah …?
Filed under: ISENG | Tagged: Ampah, BAHASA INDONESIA, BANGSA INDONESIA, BARITO TIMUR, BARTIM, INDONESIAKU | 19 Comments »